Banyak sumber mata air di Kabupaten Purworejo yang terancam mati. Hal itu jika kondisi lingkungan seperti sekarang ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya usaha penyelamatan dengan cara konservasi lingkungan di sekitar sumber mata air.
Peringatan itu disampaikan Kabid Sumber Daya Air Dinas Pengairan Ir Suparno MM saat dimintai konfirmasi di kantornya Selasa (28/7). "Satu-satunya cara penyelamatan ya dengan konservasi," katanya.
Data terakhir yang dimiliki Dinas Pengairan, jumlah keseluruhan sumber mata air yang ada di Kabupaten Purworejo berjumlah 43. Namun, data itu merupakan inventarisasi tahun 2005, sehingga sangat dimungkinkan beberapa sumber air sudah mati. "Kita belum melakukan pendataan lagi," katanya.
Suparno memerinci, sumber air itu 7 berada di wilayah unit pelaksana teknis (UPT) Pengairan Loano, 4 di wilayah UPT Purworejo, 1 di wilayah UPT Kutoarjo, 6 di wilayah UPT Kemiri, dan sisanya 25 di wilayah UPT Purwodadi.
Diungkapkan Suparno, dari sekian banyak sumber mata air itu sebagian ada yang dikelola desa untuk MCK tapi ada juga yang dikelola PDAM. Pemkab Purworejo hanya mengelola sumber air yang ada di sungai untuk keperluan irigasi.
Menurut Suparno, jika kondisinya dibiarkan seperti sekarang ini, maka dalam jangka waktu 10 hingga 15 tahun sumber-sumber air yang ada di Kabupaten Purworejo akan mati. Matinya sumber mata air itu, sambungnya, tidak lepas dari ulah manusia sendiri. Yakni melakukan penggundulan pohon yang ada di sekitar sumber mata air. Padahal seperti diketahui, pohon menjadi penyimpan utama air.
Oleh karena itu, tindakan penyelamatan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan konservasi secara sistematis. Yakni dengan melakukan penghijauan di sekitar sumber mata air. "Ini menjadi tanggungjawab lintas sektoral, bukan hanya Dinas Pengairan saja. Kewajiban Dinas Pengairan melakukan konservasi teknis, tapi konservasi vegetatif menjadi tanggungjawab moral lintas sektoral," paparnya.
Plt Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain dalam beberapa kesempatan sering mengingatkan agar masyarakat menggalakkan serta mendukung program alas simpen. Yakni dengan menanam pohon di sekitar sumber mata air. "Pohon yang ditanam yang bisa menyimpan banyak air. Jangan pohon yang ditebang dalam jangka waktu pendek. Program alas simpen ini harus digalakkan terus," katanya.
Sekedar gambaran, dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Pengkajian Sumber Daya Pembangunan (LPPSP) Semarang di wilayah Kecamatan Gebang saja sedikitnya ada enam sumber mata air yang sudah mati. Dari enam sumber mata air tersebut, empat di antaranya berada di Desa Pakem dan dua di Desa Salam. Kedua wilayah itu masuk daerah sub DAS Dulang. Di Desa Pakem sebenarnya ada 13 sumber mata air, namun saat ini hanya tinggal sembilan.
Sedangkan di Desa Salam awalnya ada tujuh sumber mata air dan sekarang ini tinggal lima. Ketua LPPSP, Indra Kertati mengemukakan, matinya sumber mata air itu akibat kerusakan di daerah sekitar sungai akibat pemanfaatannya yang tidak berorientasi kelestarian lingkungan.
Sumber:
http://pengairan.purworejokab.go.id